-->

Notification

×

Iklan

Iklan

JIHAD AKBAR ADALAH MELAWAN HAWA NAFSU

Monday 8 October 2012 | 2:13 am WIB Last Updated 2012-10-30T05:25:40Z


Pada dasarnya manusia adalah makhluk yang termulia, sekaligus sebagai makhluk yang berkemungkinan. Manusia sangat mungkin mampu mencapai derajat tertinggi, bahkan melebihi derajat malaikat, namun ia juga mungkin bisa terjatuh ke tingkat yang paling rendah dan hina melebihi binatang. Kondisi tersebut bersumber pada dua hal yang melekat pada diri manusia yaitu hati nurani dengan arahan hidayatul fitrah dan hawa nafsu dibawah bimbingan syaithaniyah.
Ketika manusia terus melaju dengan hati nurani yang selalu disertai hidayatul
fitrahnya, maka ia akan mampu mencapai puncak tertinggi melebihi makhluk-makhluk yang lainnya. Akan tetapi ketika manusia terus terseret nafsu syaithaniyahnya, maka ia akan terjatuh pada tingkat yang terhina melebihi binatang.
Allah SWT membekali manusia dengan dua hal itu (hati nurani dan hawa nafsu) yang selamanya tidak akan dapat bertemu dalam kebersamaan menuju kebaikan. Hati nurani selalu mengajak manusia kepada nilai-nilai kebaikan, sedangkan hawa nafsu selalu mempengaruhi manusia kepada kejahatan. Dua ciptaan itu dijadikan fitrah bagi manusia sebagai ujian, akan kemana manusia menentukan arah kehidupan yang menjadi tujuannya.
Islam sebagai agama yang diridloi Allah SWT telah menetapkan hukum-hukum bagi kehidupan manusia dalam mengokohkan eksistensi kemuliaannya. Jika manusia mematuhi hukum-hukum yang telah digariskan oleh agama pasti akan membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi manusia itu sendiri. Sesungguhnya manusia sebagai subyek juga diberikan perangkat akal untuk berfikir dan mempertimbangkan segala sesuatu yang dilakukannya dalam menentukan baik ataukah buruk.
Sebagai manusia yang berakal sehat tentu dapat membedakan antara kebaikan dan keburukan, antara pahala dan dosa. Secara fitrah sesungguhnya manusia memiliki kecenderungan pada kebaikan dan ingin menjauhi keburukan. Akan tetapi realitas kehidupan manusia acap kali berbeda dengan idealisme yang semestinya. Betapapun manusia menyadari bahwa keburukan akan mendatangkan akibat buruk bagi pelakunya, tetapi ia tak mau menghindar dari ajakan nafsu syetan yang akan menjerumuskan kepada lembah kehinaan.
Sebagai manusia yang dibekali dengan akal dan dipandu dengan petunjuk ilahi melalui kitab suci, maka sesungguhnya ia harus menyadari serta dapat mengendalikan diri dan tidak mengikuti hawa nafsunya untuk berbuat salah dan dosa. Hal itu berkaitan dengan firman Allah SWT :
(ولا تتبع الهوى فيضلك عن سبيل الله ان الذين يضلون عن سبيل الله لهم عذاب شديدبما نسوا يوم الحساب  (ص : 26
Artinya : “… dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ia (hawa nafsu) akan menyesatkan kamu dari jalan Allah SWT. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah SWT akan mendapat adzab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (QS. Shaad : 26)
Jika kita perhatikan realitas kehidupan dewasa ini, banyak sekali sudut kehidupan manusia yang telah dikuasai oleh hawa nafsu. Kasus-kasus kejahatan, kekerasan, tindak asusila, penjungkiran nilai, pemaksaan hak, kesewenang-wenangan, korupsi, terorisme dan lain sebagainya hampir merupakan sajian rutin setiap hari pada media massa. Semua itu terjadi karena ketidak mampuan manusia dalam membentengi, memerangi dan mengendalikan hawa nafsunya.
Oleh sebab itu memerangi dan mengendalikan hawa nafsu dalam pandangan islam sebagai perjuangan yang sangat besar (jihad akbar). Sebagaimana telah dinyatakan oleh Rasulullah SAW pasca kemenangan dalam peperangan, yaitu :
رجعتم من الجهاد الأصغر الى الجهاد الأكبر فقيل وما جهاد الأكبر يا رسول الله؟ فقال : جهاد النفس
Artinya : “kalian semua pulanglah (kembalilah) dari sebuah pertempuran kecil menuju sebuah pertempuran besar. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah SAW. Apakah pertempuran besar itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab, jihad melawan (memerangi) hawa nafsu.”
Didalam kitab Burdah Imam Bushiri menyatakan :
وخالف النفس والشيطان واعصهما وان هما محضاك النصح فاتهم
Artinya : “janganlah anda mengikuti nafsu dan syetan serta kemaksiatan yang ditawarkannya. Dan tetap waspadalah, sekalipun keduanya membisikan nasehat (kesan baik).”
Memperhatikan keterangan diatas, maka dalam melawan hawa nafsu membutuhkan kesiapan dan kemauan yang sungguh-sungguh. Sebab hawa nafsu itu sudah menyatu dan melekat pada diri manusia, bahkan selalu tahu kapan manusia dalam keadaan lengah dan lepas kontrol. Sekali saja manusia dikuasai oleh hawa nafsunya, maka hawa nafsu itu akan terus mendesak untuk selalu menguasai, memperdaya dan mempermainkan kondisi fisik maupun psikis manusia itu sendiri sehingga menjadi kehilangan jati diri sebagai manusia yang bermartabat.
Dalam kondisi mayoritas manusia telah dikuasai oleh hawa nafsunya, maka orang yang memiliki komitmen terhadap moral dan nilai-nilai agama, kian makin tersingkir oleh opini umum sebagai simbol ketertinggalan. Sehingga kian tidak mendapatkan tempat yang signifikan dalam percaturan keduniaan. Dalam kondisi seperti itu, maka umat islam yang beriman harus tetap konsisten dengan komitmen keimanannya, jangan sampai mengikuti arus kebanyakan orang yang telah dikuasai oleh hawa nafsunya.
والله أعلم بالصواب

PARA MUJAHIDIN TENTARA ALLAH

PARA MUJAHIDIN TENTARA ALLAH
×
Berita Terbaru Update