-->

Notification

×

Iklan

Iklan

TIPS.TRIK ISLAM

TIPS BUAT MENGHADANG VIRUS MERAH JAMBU

ikhwan-akhwat virus merah  jambu Entah kenyataan atau sekedar perasaan ana saja bahwa ikhwan lebih mudah terjatuh sakit cinta daripada akhwat. Terjatuh sakit cinta bagi sebagian orang adalah hal yang membahagiakan, namun bagi sebagian lain terlalu menyakitkan. Jenderal Tian Feng a.k.a. Ti Pat Kai dalam Kera Sakti selalu menggumamkan puisi tentang cinta. dari dulu beginilah cinta deritanya tiada akhir Itu adalah puisi cinta abadi Sang Jenderal. Namun bagi sebagian kita, cinta ibarat taman bunga di musim semi, penuh warna dan keharuman tiada tara, penuh kejutan indah yang memacu jantung dan adrenalin. Ada kerinduan untuk sekedar berjumpa dan mendengar suaranya. Ada hasrat untuk tahu kabar keadaannya. Ada kekuatan untuk mau berkorban harta bahkan jiwa. Sungguh cinta itu….seperti syair Pangeran Menjangan a.k.a. Wei Siao Bao. angin dingin menepati janji bulan purnama tiada batas rasa rindu kulalui sehari serasa setahun Ana termasuk orang yang tidak percaya cinta sejati bagi seseorang yang belum mengikatnya dalam ikatan suci. Cinta yang dirasakan sesorang kepada seseorang yang lain, menurut ana masih merupakan campuran atau semata-mata nafsu. Cinta ini akan bermetamorfosis menjadi cinta sejati yang hakiki jika telah melewati gerbang pernikahan. Itu menurut ana tentang cinta bagi yang belum nikah, jadi gak boleh ada yang protes. Cinta yang dibahas pada postingan kali ini adalah cinta laki-laki kepada perempuan, bukan cinta yang lain. Saat ini perasaan cinta sebelum nikah banyak disebut dengan Virus Merah Jambu. Padahal warna merah jambu adalah warna yang indah dan cerah. Menurut ana kurang tepat jika virus yang bisa merusak ini disebut dengan Virus Merah Jambu. Ana menyebutnya sebagai Virus Panah Iblis karena virus ini lebih sering muncul karena pandangan yang tidak terjaga. Dalam sebuah hadits qudsi: “Pandangan mata adalah panah beracun dari antara panah-panah Iblis. Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada-Ku maka Aku ganti dengan keimanan yang dirasakan manis dalam hatinya.” (HR. Al Hakim) Maka, barang siapa yang meninggalkan pandangan jelalatan karena takut Allah niscaya akan diberikan kepadanya rasa manisnya iman di hati. Mungkin juga manis yang dimaksud adalah manisnya cinta hakiki. Untuk memudahkan menyebut Virus Panah Iblis maka ana mengubah konsonan ‘V’ pada kata virus dengan ‘F’ agar mudah dan familiar di telinga. So, Virus Panah Iblis dipelesetkan menjadi Firus Panah Iblis dan disingkat menjadi FPI. Ana tidak bermaksud menjelekkan Front Pembela Islam yang singkatan namanya juga FPI, ana termasuk pendukung sebagian langkah FPI kok. Buat yang anggota dan pendukung FPI, jangan tersinggung yah… FPI juga singkatan dari Forum Pasangan Intim alias pacaran. Ana udah ngebahas di postingan yang lain. Jadi, dengan sangat ana menganjurkan kepada setiap yang menyebut Virus Merah Jambu menjadi Firus Panah Iblis. Dengan menyebutnya sebagai Firus Panah Iblis maka akan memberi efek psikologis bahwa virus ini bisa sangat berbahaya dan merusak jiwa. Coba bandingkan kalau disebut dengan nama Virus Hijau Melon, Virus Ungu Terong, Virus Kuning Telur, Virus Manis Gula, Virus Merah Bawang, atau Virus Pedas Merica. Malah sudah bisa buat masak sayur kan? Beberapa ikhwan yang mudah sakit jatuh cinta karena terserang FPI memiliki tips dan trik tertentu dalam mencegah penyakit ini. Ada yang sering minum suplemen, olahraga setiap hari, membersihkan lingkungan tempat tinggal, ikut klub kebugaran, membuang sampah pada tempatnya dan makan empat sehat lima sempurna…. (Lho? Kok malah sehat raga dan badan?) Ana mencari tips-tips khusus yang khas untuk menghindarkan diri dari mudahnya terserang FPI ini dari beberapa ikhwan. Untuk cara paling umum seperti ikhlas, gadhul bashar, puasa, hijab fisik dan jaga hati tidak ana masukkan dalam tips khusus karena merupakan metode umum, di Quran dan hadits sudah ada. Tips ini belum tentu benar bagi seseorang dan salah bagi seseorang yang lain. Semua tergantung pada personal yang mengalami dan memiliki trik untuk tetap sehat dan tidak mudah terserang FPI. Kalaupun akhirnya terserang maka itu memang fithrah ikhwan untuk terjatuh. Asal jangan jangan jatuh cinta melulu, harus ada saatnya untuk bangun cinta (pinjam istilahnya Salim A. Fillah). Tips ini sifatnya masing-masing mandiri, berdiri sendiri dan independen dari tips yang lain, jadi dari tips yang satu bisa bertentangan dengan tips yang lain. Kalau mau dipraktikkan silakan, kalau mau ditolak juga silakan karena beberpa tips jika diterapkan kepada seseorang malah akan membuatnya lebih mudah kena serangan FPI. Kepada ikhwan yang telah berbagi tips ini, ana ucapkan syukran jiddan, jazakumullah khairan katsiran . Tips pertama, menetapkan kriteria yang tinggi bagi calon isterinya. Dengan menetapkan kriteria yang tinggi bagi calon isteri, maka ikhwan ini tidak akan mudah tergoda dengan akhwat yang tidak sesuai standarnya. Kriteria yang tinggi misalnya hafal Al Quran sekian juz, menguasai ilmu-ilmu syari’at, anak orang yang kekayaannya setingkat eselon satu, kecantikannya minimal seperti model terkenal, keturunan ningrat atau kyai, pendidikannya minimal S2, pokoknya kriteria yang tinggi dalam hal bibit, bebet, dan bobot. Penetapan kriteria yang tinggi akan membuat selektif dalam memilih dan memilah akhwat yang mungkin saja diharapkan menjadi isterinya. Jika ada perasaan pengharapan kepada seseorang maka akan tertanam pemikiran sapa sira sapa ingsun, siapa elu siapa gue. Pengharapan inilah yang sebenarnya memicu FPI. Jadi dengan sedikit pengharpan pada akhwat di sekitarnya, yang notabenenya di bawah standarnya, maka dia akan lebih jarang jatuh terserang FPI. Kelemahan tips ini terletak pada saat tidak adanya kompromi ketika mencoba ta’aruf dengan seseorang. Karena kriteria yang tinggi, susah dapat jodoh. Terpaksa menurunkan kriteria. Masih susah juga? Akhirnya diobral, siapa saja deh, yang penting akhwat….hwehehe. Tips kedua, berazam tidak menikahi akhwat dengan kriteria tertentu. Ini merupakan logika terbalik dari tips pertama. Tingkatan keinginannya sampai tingkat azam, belum sampai tingkat niat. Sebenarnya maksud tidak menikahi akhwat dengan kriteria tertentu adalah kriteria itu sendiri. Sebagai contoh jika seseorang memiliki kriteria calon isterinya minimal berpendidikan SMA maka secara otomatis ia tidak ingin menikah dengan akhwat yang pendidikannya hanya SMP. Contoh dalam berazam seperti ini adalah misalnya berazam tidak menikahi akhwat sekampus. Akhwat sekampus kan biasanya sering terlibat dalam berbagai aktifitas kejama’ahan dengan ikhwan, maka dengan kriteria seperti ini, pengharapan-pengharapan penyebab FPI dapat diminimalisasi. Bahkan yang lebih ekstrim seorang ikhwan berazam menikah dengan seseorang yang belum pernah dikenalnya kecuali setelah proses ta’aruf, dengan kata lain dia berazam tidak menikahi akhwat yang sudah dikenalnya. Yang seperti ini banyak sekali terjadi. Namun, yang namanya jodoh kan sudah diatur dari zaman bahuela. Kalau lewat proses ta’aruf dengan jalur PNS alias dicarikan ternyata mentok dapat akhwat yang sekampus, ya akhirnya diterima jadi isterinya juga…hwehehe. Tips ketiga, menganggap akhwat sebagai cewek. Istilah akhwat yang dipakai adalah dalam pengertian sempit lho ya! Ikhwan tentu mempunyai pengharapan memiliki isteri yang akhwat. Di sisi lain ia sangat menghindari mempunyai isteri cewek. Masak sih ikhwan punya isteri yang gak pakai hijab, begitu pemikiran hampir semua ikhwan. Pikiran inilah yang membuat pemikiran terhadap akhwat dan cewek berbeda. Jika, seseorang berada di sekitar lingkungan akhwat maka si ikhwan pasti dalam kondisi kikuk, kaku, mungkin tertekan, grogi dan nervous. Penyebabnya adalah baik ikhwan dan akhwat sudah sama-sama paham tentang adab. Selain itu di pengharapan akan menjadikan seorang akhwat sebagai isteri selalu menghantui, bisa muncul kapan saja, dimana saja, kepada siapa saja. Sementara jika berada dalam lingkungan cewek hal itu relatif tidak terjadi, paling standar adalah tetep ghadhul bashar. Seorang ikhwan yang menganggap akhwat sebagai cewek akan memperlakukan akhwat sebagai cewek. Dianggap hanya seseorang yang biasa saja, dengan pemahaman adab seadanya, dapat bergaul dengan biasa seperti masyarakat kebanyakan saat ini. Kelemahan tips ini adalah kemungkinan melanggar adab-adab pergaulan antara ikhwan dan akhwat yang dipahami sebagai pergaulan yang harus kaku sekali. Tips keempat, mengganggap akhwat sebagai sahabat biasa. Antum tentu paham beda antara sekedar kenalan, sekedar teman, dan sahabat. Perbedaannya terletak pada saling mengenalnya, saling memahaminya, dan saling berkorbannya. Seorang sahabat adalah seseorang yang dekat dalam artian hati dan pemahaman. Tips ini lebih ekstrim dari tips ketiga. Dalam menjalankan tips ini, seorang ikhwan bisa memanggil sang akhwat dengan panggilan panggilan khusus persahabatan atau panggilan khusus pertemanan. Contohnya memanggil tanpa sapaan ukhti atau apalah… Misalkan sang akhwat bernama Fulanah, tapi pangilan akrabnya adalah Nana, maka sang ikhwan, karena mengganggapnya sebagai sahabat memanggilnya dengan sekedar sebutan nama akrab tersebut, “Nana,…!”. Tanpa embel-embel sapaan di depan namanya juga. Kelemahan tips ini sama dengan tips ketiga, bahkan lebih ekstrim. Tips kelima, memanggil akhwat dengan sapaan tertentu. Sapaan yang digunakan adalah sapaan berupa penghormatan. Sebagian ikhwan memanggil dengan sapaan ‘ukh Fulanah’, ‘ukht Fulanah’ atau ‘ukhti’. Namun bagi sebagian ikhwan yang lain tips ini sangat berbahaya bagi dirinya karena panggilan-panggilan tersebut terkesan sangat mendayu-dayu dan membuat pengharapan yang tidak diharapkan. Memancing FPI. Seperti akhwat yang memanggil dengan sapaan ‘pak’ kepada ikhwan, walaupun terkadang ikhwannya masih bujang bahkan lebih muda, maka ikhwan juga punya sapaan kepada akhwat. Selama ini ana jarang menemui ikhwan yang menyapa dengan sebutan ‘bu’ sebagai lawan dari sapaan ‘pak’. Kesannya malah seperti memancing fitnah. Memang kadang banyak juga yang menyebut akhwat dengan sebutan ‘ibu-ibu’ atau ‘ummahat’. Sebagian ikhwan menyapa akhwat dengan sebutan ‘mbak’ yang terkesan menghormati dan menuakan akhwatnya. Sehingga pengharapan sebagai sumber FPI bisa diminimalisasi seefektif mungkin. Kelemahannya adalah jika akhwat yang disapa bukan orang Jawa, akan cukup mengganggu juga secara kultural. Sapaan ‘dik’ kepada akhwat dan ‘mas’ kepada ikhwan sebagai lawan sapaan ‘mbak’ jarang sekali digunakan karena malah bisa menjadi sumber penyakit bagi kebanyakan orang. Biasanya panggilan ini dipakai oleh suami-isteri muda yang belum punya anak. Untuk mencegah jatuh dari kedua belah pihak secara umum, dalam memanggil akhwat, ikhwan menggunakan nama formal sang akhwat yang umum. Menghindari nama-nama akrab kecuali memang sudah menjadi umum. Tips keenam, bersikap cuek dan tegas terhadap akhwat. Bersikap cuek disini bukan karena watak, tetapi merupakan sebuah perlindungan diri agar tidak terserang FPI. Cuek bukan berarti tidak peduli 100%. Kepedulian ditempatkan pada proporsinya dengan timbangan dan ukuran yang tepat. Namun memang sikap cuek menimbulkan kesan apatis dan tidak peduli. Cueknya seorang ikhwan terhadap akhwat biasanya berbentuk keengganan komunikasi lisan antara keduanya. Bisa jadi memang hanya kesan enggan, padahal belum tentu. Jika berkomunikasi ikhwan hanya menjawab secukupnya atau bahkan tidak cukup. Disingkat, berisi, to the point, padat dan merayap. Jika ditelepon akhwat tidak mau mengangkat jika belum tiga kali panggilan. Jika di-SMS tidak mau membalas jika tidak sangat urgent dan darurat. Balasannya pun singkat. Jika jawabannya ya maka hanya ditulis ‘Y’. Jika jawabannya nggak, cukup ditulis ‘G’. Kalu pakai Esia, tarif SMS cuma Rp 1,-, murah meriah euy… Bersikap tegas biasanya diwujudkan dengan cara berbicara yang agak ketus. Sekenanya dan seperlunya. Realisasi cuek juga bisa menyebabkan sikap apatis dalam beraktifitas. Karena bersikap cuek terhadap akhwat, misalnya tidak mau mengikuti suatu organisasi yang penting karena saat itu kebanyakan pengurusnya adalah akhwat. Yang diinginkan hanya mencari zona aman dan nyaman. Kelemahan dari tips ini adalah rawan akan kerusakan ukhuwah, menimbulkan perpecahan, bahkan mungkin menimbulkan permusuhan karena miss communication dan kesalahpahaman akan sikap cuek tersebut. Sangat mungkin akhwat merasa dibenci oleh sang ikhwan yang cuek. Akibatnya ya kerusakan pondasi ukhuwah itu sendiri. Tips ketujuh, menjadi aktifis yang serba sibuk. Maksudnya dengan memberikan jiwa, raga dan pikiran kelelahan-kelelahan karena aktifitas organisasi atau jama’ah. Dengan begitu tidak ada waktu untuk sempat berpikir yang macam-macam tentang ini dan itu tentang akhwat. Yang diurus adalah jadwal syura’, jadwal ngajar privat, bikin slide presentasi, ngerjain makalah, membuat tugas kelompok, praktikum kuliah, membuat konsep acara program kerja, ketemu Bapak A dan Bapak B, ngebersihin kamar, nyuci pakaian kotor, nulis blog, makan di warteg, silaturahim ke tempat saudara, datang ke kajian, datang ke toko buku, datang ke masjid, datang ke kuburan…. Kelemahan tips ini adalah jika ternyata mitra kerja di organisasi adalah akhwat. Interaksi yang sering dilakukan malah bisa menimbulkan FPI. Kelemahan yang lain adalah jika ternyata aktifitas yang dilakukan terlalu banyak, malah badan jadi rusak, jiwa jadi sesak dan pikiran jadi nggak enak. Tips kedelapan, nggak jaim, nggak sok cool tapi tidak boleh over PD. Sikap jaim (jaga image) bagi sebagian akhwat akan menimbulkan kesalahpahaman. Orang yang jaim berpotensi ingin menunjukkan bahwa dirinya pantas untuk jadi idaman akhwat. Yang diperbolehkan dan diharuskan adalah jaiz (jaga izzah), menunjukkan bagaimana sesorang muslim harus berperilaku. Sikap sok cool juga akan menyebabkan hal yang serupa dengan jaim. Sedangkan sikap over PD akan menyebabkan diri mudah takabur dan menimbulkan hal-hal yang tidak-tidak di pikiran akhwat. Hal yang tidak-tidak di akhwat ini mudah menular ke ikhwan. Jadi melakukan double protection sekaligus sebelum FPI menyerang diri sendiri. Kelemahannya adalah batas tipis antara harus jaiz dan dilarangnya jaim. Hati yang tidak teguh pada Allah akan mudah terpeleset. Demikian pula batas antara keyakinan dan over PD. Sangat tipis seperti kaos pilkada… Tips kesembilan, menjaga jarak dengan akhwat. Maksudnya jarak disini adalah dalam artian harfiah sesungguhnya. Misalnya tidak mau di sekitarnya ada akhwat dalam radius 5 meter ke segala arah, apalagi di depannya persis. Kalau duduk di kelas mencari posisi paling depan pojok dimana posisi ini susah untuk melihat akhwat bahkan melirik sekalipun. Kalau kebetulan ada dalam syura’ bersama masyarakat ‘amm mencari posisi yang agak tersembunyi dari akhwat, di deket toilet misalnya. Jika kebetulan di jalan berpapasan dengan akhwat langsung nyari jalan muter meski harus menambah jarak setengah kilometer. Kalau berjalan sementara di belakangnya ada akhwat yang juga searah, segera mempercepat langkah atau bahkan lari agar segera lenyap dari pandangan dan perasaan akan sosok sang akhwat di belakang. Jika kebetulan berjalan di belakang akhwat segera milih berhenti dan menunggu sampai kira-kira si akhwat sudah tidak ada di jalan, atau pilihan kedua mencari jalan memutar dan berlari agar posisi berjalan bisa berada di depan akhwat. Kelemahan tips ini adalah sulit dilaksanakan mengingat sekarang sudah banyak akhwat berkeliaran dan bertebaran di berbagai titik koordinat… Tips kesepuluh, ‘membenci’ apa yang dicintai akhwat dan ‘mencintai’ apa yang dibenci akhwat. Benci dan cinta di sini maksudnya bukan untuk menjelekkan atau memusuhi akhwat tapi benci dan cinta karena Allah. Dengan ‘membenci’ apa yang dicintai akhwat maka akan timbul semacam gap antara ikhwan dan akhwat yang dapat mencegah timbulnya FPI. ‘Ketidakcocokan’ di awal akan memusnahkan pengharapan-pengharapan akan sosok tertentu. Tanpa adanya pengharapan ini maka FPI akan sulit untuk berbiak di hati ikhwan. Misalkan di suatu komunitas akhwatnya relatif menyukai kegiatan A, maka ikhwan berusaha untuk ‘membenci’ hal tersebut. Jika akhwat menyukai sudut pandang X terhadap suatu hal maka si ikhwan lebih menyukai sudut pandang Y dan ‘membenci’ sudut pandang X. Hal ini juga berlaku untuk kaidah ‘mencintai’ apa yang dibenci akhwat. Kelemahan tips ini adalah susahnya mencintai dan membenci karena Allah dan istiqamah. Dalam perjalanannya mungkin saja benci dan cintanya karena benci pada sosok yang bersangkutan Tips kesebelas, jangan mencari persamaan si ikhwan dengan si akhwat. Mencari-cari kecocokan antara si ikhwan dan si akhwat hanya akan menyebabkan semangat dan harapan akan jodoh di masa depan, dari awalnya yang sekedar kriteria akhirnya berwujud menjadi sosok dan personal. Jika memang ada persamaan antara si ikhwan dan si akhwat maka itu hanyalah kebetulan. Lagipula jauh lebih banyak orang lain yang memiliki persamaan dengannya. Jadi, dengan semua persamaan dan kecocokan itu bersikap biasa sajalah…. Bahkan kalau perlu carilah perbedaan dan ketidakcocokan antara diri dengan dia. Tapi, jangan mencoba merasa mampu menyelesaikan perbedaan dan ketidakcocokan itu dengan harapan akan menghilangkannya dengan saling pengertian. Malah FPI yang datang dan bersarang. Kelemahannya adalah tips ini memerlukan semacam pengetahuan akan aib seseorang. Padahal aib selayaknya untuk ditutupi, bukan dicari-cari kian kemari ke kanan kiri dan berbagai situasi. Tips keduabelas, tips terampuh dari berbagai ikhwan, nikah! Padahal awalnya menurut ana itu adalah metode umum yang tidak dapat dimasukkan dalam tips khusus ini, tapi dari hampir semua yang ana tanya selalu memberikan jawaban ini. Akhirnya dengan terpaksa ana dipaksa untuk memasukkan tips ini sebagai tips terampuh dalam menghadang FPI. Salah satu SMS yang datang dari seorang al akh: Ada lagi cara yang lebih expres. Begitu ada kecenderungan, istikharah, ta’aruf. Kalau sama-sama cocok, khitbah, tapi sepakati kapan waktu nikah yang ahsan. Kalau nggak cocok ya mundur, nggak boleh maksa, harus ikhlas. (Dari: M* H**** 3 +62898806XXXX Dikirim: 11-Jul 14:24 Diterima: 11-Jul 14:25) Nikah akan mengalihkan pikiran dari pengharapan-pengharapan yang tidak perlu. Pengharapan yang selama ini menghantui telah berwujud menjadi bidadari yang setia menanti di rumah sendiri. Kalaupun ada godaan syetan di tengah jalan, ya, tinggal pulang saja. Di rumah ada yang halal kok. Seperti yang ana ungkapkan di awal bahwa cinta sejati yang hakiki hanya akan terwujud jika telah melewati gerbang pernikahan ini. Jika belum melewatinya, ana masih menganggapnya syubhat dengan nafsu. Sementara nafsu hanya bisa dihalalkan lewat jalur pernikahan. *** Itulah tips bagi ikhwan untuk menghindari serangan FPI dari berbagai macam jenis ikhwan yang ana kenal. Tidak ada maksud untuk menjelekkan akhwat atau bagaimana, tapi memang begitulah keadaan di ikhwan. Jadi, bagi akhwat yang membaca artikel ini harap maklum dan mafhum. Bagi yang mau mengamalkan tips-tips ini, silakan pilih dan pilah serta sesuaikan dengan diri masing-masing

PARA MUJAHIDIN TENTARA ALLAH

PARA MUJAHIDIN TENTARA ALLAH